On That Summer, You...
wuaaaah~ udah lama gak pernah nge post~ mendadak pengen ngepost cerita. ini cerita ttg OC ku di Vampire Knight dan ada adegan yang di mix dari anime Senki Zesshou Symphogear termasuk lagu yang tercantum disini... I don't own both Vampire Knight and Senki Zesshou Symphogear... a copyright goes to its owner. Enjoy it :)
Tidak
sama dengan musim yang lain, di musim panas itu... terjadi hal yang merubah
segalanya, baik itu tentang aku, atau kamu... semua bermula di musim panas itu.
Dan sejak itulah aku jadi membenci musim panas. Karena di musim itulah, kamu
pergi meninggalkanku sendirian. Tanpa sedikitpun menyadari perasaanku, kamu
pergi mengejarnya. Sekarang tinggal lah aku disini sendirian, padahal hanya
kamu yang aku miliki tapi kenapa...?
Yuuki, yuuki, yuuki...
itulah yang ada dipikiran kalian berdua. Selalu begitu, baik itu Zero atau
kamu. Hey, apa kalian tidak menyadari keberadaanku? Apa kalian tidak
membutuhkanku? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu muncul di kepalaku. Aku masih
terdiam disini, masih menunggu. Walaupun aku tahu kalian tidak mungkin datang,
aku masih menunggu sampai hari ini.
****
Di tempat ini memang
tempat rahasia. Karena hanya aku dan orang-orang yang kuberikan kewenangan
untuk datang kemari. Disini adalah tempat yang merupakan inti dari sebuah
cerita. Tempat dimana aku bisa mengawasi semua yang ada di dalam cerita
tersebut. Meskipun begitu, aku tidak dapat merubah alur ceritanya. Aku hanya
bisa melihatmu melakukan hal itu, aku hanya bisa melihatmu sendirian menanggung
bebanmu. Menanggung ‘dosa’mu. Menanggung rasa ‘haus’mu. Yang mungkin memang
hanya bisa dihilangkan oleh keberadaan Yuuki.
Zero pun juga begitu,
dia meninggalkanku dibelakang. Sendiri. Disaat aku ingin mencengkram tangannya
erat-erat, disaat dia sudah berjanji tidak akan meninggalkanku, dia menghilang
berjalan menuju jalan yang diyakininya. Untuk bertemu lagi dengan Yuuki.
Ternyata memang takdir mempermainkanku. Sejak saat itulah aku mulai berpikir
bahwa... bahwa apa yang kuinginkan tidak selalu menjadi kenyataan. Dan sejak
saat itulah aku masuk ke dalam kegelapan yang tak berujung.
Meskipun aku sudah
memantapkan hatiku untuk membiarkan Zero pergi, walaupun aku sudah mencoba
untuk lebih kuat, pada akhirnya aku menangis sekencang-kencangnya sambil
memanggil namanya berharap dia kembali. Tapi terlambat, ternyata memang kebebasan
yang seperti inilah yang diinginkan Zero. Aku berharap dengan luka yang
ditinggalkannya, dengan kenangan yang ditinggalkannya, aku bisa terus berjalan
meskipun harus tanpa Zero.
****
Pada saat kamu
mendatangiku, saat kamu mengatakan rencanamu yang seperti itu. Saat itu aku
tahu kalau kamu menjalankan rencana yang nantinya akan memberikan keuntungan
untuk kita berdua. Tapi meskipun begitu, pada akhirnya aku tahu bahwa semua
keputusan yang kamu ambil adalah untuk Yuuki. Supaya Yuuki bisa hidup bahagia dan
tidak terancam nyawanya dan supaya kamu bisa membayar ‘dosa’mu. Kamu memang
jahat. Kamu memang tidak pernah memikirkan perasaanku. Sampai kapan aku harus
seperti ini...?
Kalau memang kamu tidak
ingin bersama denganku, kenapa kamu tidak mengatakannya langsung saja? Meskipun
kamu tidak akan bersama denganku, aku akan tetap membantumu. Kumohon jangan
bohongi dirimu lagi. Karena pada akhirnya kamu dan akulah yang akan terluka...
****
Aku melihat semuanya
lewat mimpi. Tentang aku, kamu, dan dua orang itu. Tentang bagaimana cerita ini
akan berakhir dan akan menghentikan lingkaran kesedihan ini. Pada akhirnya
memang kamu yang harus pergi, namun kamu tetap akan mengawasi orang itu kan?
Cepat-cepat aku membuka mataku untuk keluar dari mimpi itu. Kemudian aku memberitahu
tentang mimpi yang aku lihat itu padamu. Wajahmu tetap saja terlihat tenang dan
kemudian memandangku dengan tatapan lurus dan dingin. Kenapa hanya aku yang
terus-terusan melihatmu yang seperti itu? Mengapa kamu tidak pernah menunjukkan
wajah yang biasanya kamu berikan ke orang itu padaku?
Kamu tidak pernah
mengetahui kesedihanku, kegelisahanku dan kesakitan yang aku alami. Yang selalu
kamu tahu adalah aku yang mengikuti kata-katamu, mungkin karena itu jugalah
sepertinya kamu telah melupakan bahwa aku juga memiliki perasaan. Dan rasa yang
sedang kualami saat ini tidak akan hilang. Kamu.. dia.. selalu begitu.
Hingga saat ini pun aku
masih merasa bahwa aku adalah salah satu pion bagimu yang tidak ada artinya.
Seorang ‘perdana menteri’ khusus yang ditugaskan untuk menjaga dan memberikan
saran untuk sang raja. Hidup untuk rajanya. Dan mati untuk rajanya. Aku kesal!
Aku sudah lelah dengan semua ini. Mungkin akan lebih baik jika aku tidak pernah
ada, mungkin akan lebih baik jika aku kehilangan ingatanku.
Kubuka mataku dan yang terlihat
adalah pertempuran antara Kaname dan Zero. Ah, benar... inilah kenyataan yang
harus kuhadapi. Aku yang bisa mengakhiri semua ini. Jika itu pengorbanan dariku
tidak akan ada orang yang terpengaruh. Dengan pandangan mata kosong, aku
melangkah maju. Semakin tegas langkahku, semakin aku mencoba untuk menghapus
perasaanku dan mengunci ingatanku. Aku berdiri diantara mereka berdua saat
mereka sedang melaju kencang untuk menerkam satu sama lain. Kaname dengan
pedangnya, Zero dengan ‘Bloody Rose’-nya. Sekali lagi aku menutup mataku dan...
CRASH!
Ujung pedang Kaname dan
sulur milik ‘Bloody Rose’ menusukku. ‘Sakit...’ pikirku. Tetapi ini tidak
sebanding dengan perasaan yang selama ini kurasakan. Pandangan mataku mulai
kabur. Yang terlihat adalah bayangan wajah Kaname yang tercengang. Aku juga
mendengar suara samar-samar yang meneriakkan namaku ah.. itu pasti Yuuki-chan.
Saat aku merasakan pedang dan sulur yang mulai tertarik dari tubuhku, aku
segera mencengkramnya. Kubuka mataku dan kupandang sosok Kaname, mungkin ini
terakhir kalinya...
“Sudah... hentikan...
tidak akan ada yang diuntungkan... jika kalian saling melukai seperti ini,”
kataku sambil terus memegangi kedua benda yang telah menusukku.
“Mi–“
“Stop, jangan bicara
apapun. Dengarkan aku... Yuuki-chan, bisakah kamu menusukkan Arthemis-mu
padaku?”
“Tapi...”
“Ayo lakukan! Uhuk...”
sepertinya aku terlalu memaksakan diri untuk berteriak. Yuuki-chan yang kaget
itu memandangiku dengan tatapan sedih lalu mengalihkan pandangannya kearah Arthemis
miliknya. Lalu dengan ragu-ragu ia menusukkan Arthemis padaku secara perlahan.
“Kurang dalam, lakukan
lagi,” pintaku.
Yuuki-chan kemudian
menusuk dadaku dengan Arthemis. Spontan aku langsung memuntahkan darah dari
mulutku. Rasa yang aneh. Aku tersenyum kecil. Dengan begini, semua sudah
selesai.. tinggal melakukannya. Tapi sebelum itu...
“Zero... Aku tahu kalau
kematian orang tuamu ada hubungannya dengan Kaname, tapi kenapa kamu harus
melakukan balas dendam...? Apa kamu kira orang tuamu akan senang kalau melihat
anaknya menghabiskan waktu hanya untuk... untuk hal tidak berguna...? apa yang
tersisa untukmu jika kamu berhasil membalas dendammu..? apa kamu bermaksud
untuk masuk lagi ke dalam kegelapan..? jika kamu tetap berusaha membalas
dendam, yang kamu dapat hanyalah kekosongan... kumohon, demi orang-orang yang
berharga untukmu... bebaslah...”
“Yuuki-chan, jalan yang
kamu pilih adalah jalan yang kamu yakini.. lakukanlah, lindungilah orang yang
paling berharga untukmu. Pilihlah.. salah satu diantara mereka. Jangan pernah
ragu.. tetaplah jadi Yuuki yang aku tahu...”
“Dan... Kaname...” aku
menghela napas sebentar lalu mulai berbicara.
“”Kamu yang baik dan
perhatian padanya.. bukan karena hati yang dimiliki oleh Kaname yang satu lagi,
bukan karena keharusan... tapi karena itu berasal dari dirimu sendiri. Lukamu
yang terbentuk karena ditinggal master mulai tertutup dengan keberadaan Yuuki.
Itu menandakan bahwa apapun yang terjadi kamu masih tetap bisa berjalan maju
walaupun tanpanya, karena itulah... uhuk... kamu harus terus maju, hiduplah
terus hidup.. demi orang-orang yang menyayangimu.. kamu tidak harus
mengorbankan semua untuk master.. aku yakin master juga menginginkan hal yang
sama denganku... hiduplah untuk dirimu sendiri...” kataku. Sepertinya waktuku akan
segera habis. Aku harus cepat.
“Hadiah terakhir dariku
untuk kalian...”
Dulu, aku selalu
menginginkan untuk bernyanyi dengan jiwa dan tubuh yang kosong. Sekarang
lihatlah, banyak orang yang menyukai nyanyianku. Karena itu aku harus
menyanyikan lagu terbaikku. Aria terhebatku, lagu Swan Song milikku. Dengan
mantap aku mulai bernyanyi,
Gatrandis babel
ziggurat, edenal
Emustrolronzen fine el
balvaris i
Gatrandis babel
ziggurat, edenal
Emustrolronzen fine el
zizzl
Aku tersenyum dan
membiarkan darah keluar dari mulutku. Seketika keluarlah gelombang cahaya dari
dalam tubuhku yang mengalir melewati senjata ketiga orang tersebut lalu
menyelimuti semuanya. Kurasa cahaya ini cukup besar dan tidak terbatas jadi
sejauh apapun akan tetap terselimuti oleh cahaya ini. Syukurlah, dengan begitu
misiku telah selesai...
Taring milik mereka
bertiga menghilang. Mata merah milik Kaname menghilang, rasa haus milik Zero
dan Yuuki juga menghilang. Aura mereka menjadi normal. Benar, cahaya itu dapat
merubah vampire menjadi manusia bahkan pureblood sekalipun. Cahaya itu memakan
seluruh gen-gen dan sel vampire yang ada ditubuh seseorang yang terkena cahaya.
Mereka bertiga terlihat kaget haha... mereka memang tidak tahu akan semua ini.
“Dengan begini kalian
bisa hidup normal... hehe..” aku yang sudah kehilangan seluruh kekuatanku pun
terjatuh. Zero dengan sigap menangkap tubuhku.
“Misaki!” teriaknya.
Pandanganku semakin
kabur dan akhirnya menghilang padahal aku sama sekali tidak menutup mataku.
Semuanya menjadi gelap.
“Kalian dimana...?
gelap sekali... aku tidak bisa melihat kalian... maaf ya, mungkin itu tadi
adalah lagu terakhir yang bisa kunyanyikan untuk kalian...”
“H-ha..?”
“Ini adalah nyanyian
terakhirku. Nyanyian yang akan membakar dan menghancurkan nyawaku menjadi
debu...”
“Kenapa? Kenapa kamu
melakukan ini?!” tanya Kaname. Tidak biasanya ia meninggikan suaranya fufu..
“Ini adalah sesuatu
yang harus aku lakukan... sudah sejak lama aku ingin melakukannya tapi...
sepertinya baru bisa sekarang... ha... ha,” jawabku.
“Bisa-bisanya kamu
tertawa di saat seperti ini! Tidak lucu! Hiks..” kata Yuuki. Dari suaranya...
apa ia menangis...? aku tidak bisa melihat apa-apa... aku juga tidak bisa
bergerak...
“Kamu ini... selalu
saja cengeng dan terlihat lemah Yuuki-chan...”
“Aku tidak peduli!”
balasnya.
“Diam.. sudah diam...
jangan paksakan dirimu. Sebaiknya sekarang kita harus cepat membawamu ke rumah
sakit!” kata Zero.
“Maaf... tapi
sepertinya percuma saja...”
“Kamu harus bertahan!
Aku ingin tetap bisa melihat senyummu... aku ingin... aku ingin mendengar suara
nyanyianmu...” Kaname menimpali.
“Kamu tahu? Kalau kita
menyanyi sekuat tenaga... akan membuat kita merasa ko.. song..” aku menutup
mata dan tanpa terasa air mataku mengalir. Suara mereka semakin jauh, aku tidak
bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan. Tubuhku semakin lemas.
Ini terakhir kalinya...
dengan mereka... denganmu... orang yang paling kusayangi... selamat tinggal...
semuanya.. semua kesedihanmu akan menghilang bersama tubuhku yang akan berubah
menjadi debu dan hilang tertiup angin. Kalian pasti bisa menjalani hidup yang
baru. Kamu pasti bisa... meskipun... tanpaku. Semua ini.. terjadi pada senja
hari, pada saat musim panas. Musim yang paling kubenci inilah yang ternyata
menjadi saat terakhir untukku. Dimana petualanganku berakhir dan petualanganmu
baru saja dimulai... aku akan menunggumu.. disini, tidak peduli berapa lama...
sampai kita bisa bertemu lagi...
...My Dearest...
Komentar
Posting Komentar