In That Night...

Sejak tadi, kita berdua terus terdiam. Hanya menatap ke arah langit yang luas berbintang. Entah kenapa rasanya nyaman sekali, berada disampingmu.. sembari memejamkan mata merasakan angin malam yang sejuk ini. Hey, bicaralah padaku... agar aku tidak menganggap ini sebagai mimpi. Supaya aku tahu bahwa kejadian itu sama sekali bukan mimpi yang setiap hari memperlihatkan kebohongan belaka.

Kita berdua.. ya.. kita, yang telah memilih jalan ini. Meninggalkan kedua orang itu dengan perasaan bersalah. Aku tahu itu kejam, tapi ini satu-satunya jalan yang terpikirkan... Ah, sudahlah... aku tidak mau memikirkannya lagi. Yang penting sekarang aku bisa memegang tanganmu, menyentuhmu, memelukmu, dan merasakan keberadaanmu yang semakin mengisi relung jiwaku..

"Forbidden and a sin yet, so beautiful.. That is our love.."

Kata-katamu yang masih terngiang di telingaku... Aku menoleh ke arahmu yang tersenyum padaku. Tanganmu yang dingin itu mencoba menyelinap ke pinggangku. Mencoba memeluk erat tubuhku untuk menghilangkan hawa dingin yang mengelilingi sejak tadi. Deru nafasmu mengenai rambutku saat kau mencoba untuk menyandarkan kepalamu dengan kepalaku.

"I wonder what will happen to those two?"

Pertanyaanmu mengejutkanku. Dengan senyuman lembut aku menjawab,

"I bet, they will be happy forever... and finally have their peaceful time. And of course, we too, will be happy and then you don't have to do that 'shit',"

Kau menaikkan sedikit alismu, heran dengan perkataanku yang terkesan.. ehem... 'kontroversial'?

"You mean my paper work?"

"Yeah, that 'shit' makes me want to beat it so badly,"


Kemudian kamu tertawa kecil melihatku yang berusaha keras mengucapkan kata-kata 'kontroversial' yang jarang sekali keluar dari mulutku. Sambil mengacak-acak rambutku, kamu berkata lagi,

"Really.. stop talking like that. It won't suits you."


"Why?"


"Because you are my dear princess, a princess don't talk like that,"


Wajahku bersemu merah saat kamu mengatakannya. Argh!! rasanya gugup sekali berada di dekat orang yang disukai..

"Okay, if you insisted, I won't talk like that again,"

Rambut panjangku kau mainkan perlahan sementara aku... yah tetap menjaga 'image' supaya tidak terlihat panik dihadapannya. Tapi memang, kamu lah yang paling mengerti aku bahkan sampai kebagian yang aku sama sekali tidak tahu. Kamu dapat membacaku seperti buku-buku yang biasanya kamu baca saat senggang.

"Hey, are you okay? you just do that secret magic, right? doesn't it tired you out?" katamu tiba-tiba.

"No no no.. I'm perfectly fine with it. I already told you that I prepared everything. In order to... in order to retrieve you back." mataku mulai menerawang cahaya kota yang berkelap-kelip.

"Sorry, I make you waiting for me this long..."


"It's not a problem, I'm used to anyway..."


Kamu memelukku dengan erat. Membiarkan suhu tubuh kita menghangat. Bibirmu perlahan mendekat ke arah telingku dan membisikkan,


"I love you, I really do.. so, don't say such a lonely thing again. I will always by your side."


Air mataku perlahan menetes,


"I love you too,"


Malam-malam yang lain terasa lebih berat dibandingkan dengan malam ini. Akhirnya setelah sekian lama, rencana kami berhasil dijalankan dan kami bisa terbebas dari 'lingkaran yang tidak akan pernah berhenti' itu. Sambil menghela nafas lega, kita berjalan pulang kembali ke rumah dengan bergandengan tangan.




dedicated to: Kuran Kaname


Ehem.. sebenernya ini cerita fanfic ku yang akhir" ini kebayang terus... tapi cuma pengen nulis sekuelnya doang... lagi writer block nih. Ceritanya ttg OC ku ama Kaname yang 'membunuh' diri mereka sendiri dihadapan Zero ama Yuuki.. haha... aneh ya? ya sudahlah gak usah terlalu dibahas.. ini cuma kerjaanku yang lagi senggang banget :P

Komentar

Postingan Populer